SBB-MALUKU,aspirasirakyat.co.id// Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) saat ini bukan sekadar miskin, tapi terjebak dalam lingkaran setan pengangguran yang nyaris tanpa jalan keluar, akibat kepentingan segelintir orang beserta pemimpin.
Ribuan pemuda, dari lulusan SMA hingga perguruan tinggi, terpaksa meninggalkan tanah kelahiran demi bertahan hidup karena mencari kerja di SBB hanya sebatas mimpi.
Di tengah situasi kritis itu, alih-alih menjadi penyelamat sementara Bupati SBB Asri Arman justru tampil sebagai penghambat terbesar harapan warganya sendiri. Sejak menjabat, kinerjanya dalam mendatangkan dan menjaga investor bisa disebut: NOL.
Contoh paling nyata adalah kebijakan menghentikan operasional PT Spice Island Maluku (SIM), perusahaan yang sah secara hukum dan telah membuka lapangan kerja melalui perkebunan Pisang Abaka di Desa Etti dan Kawa.
Ironinya, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa mendukung penuh investasi PT SIM, karena tahu persis: proyek ini bukan sekadar ekspor komoditas, tetapi nafas baru bagi ekonomi lokal. Ratusan warga sudah bekerja, UMKM sekitar ikut bergerak, dan peluang peningkatan PAD terbuka.
Tapi semua itu seakan tak berarti di mata Bupati Asri Arman, yang dengan enteng mengirim surat penghentian operasi PT SIM. Alasannya? Protes segelintir warga Dusun Pelita Jaya yang bahkan bukan pemilik sah lahan.
Kebijakan Gagal Paham
Keputusan Bupati ini bukan hanya melawan logika ekonomi, tapi juga mengabaikan akal sehat.
Mengutamakan Kepentingan Pihak Tanpa Hak. Ribuan warga butuh kerja, tapi yang didengar justru segelintir pihak yang klaimnya diragukan.
Tidak Ada Solusi Cepat. Penghentian operasi tanpa peta jalan penyelesaian hanya membuat ketidakpastian makin panjang, mematikan penghidupan pekerja.
Merusak Citra Investasi SBB. Dengan infrastruktur minim, akses transportasi sulit, dan kualitas SDM yang masih butuh peningkatan, keputusan sepihak ini jadi alasan baru bagi investor untuk menjauhi SBB.
Aktivis sosial Gerald Wakanno lewat akun Satu Maluku yang dikutip Tribun Maluku mengkritik kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten SBB dalam hal ini Bupati. “Investor mana yang mau masuk ke SBB kalau sewaktu-waktu usaha mereka bisa dihentikan oleh kebijakan Bupati yang tidak jelas arahnya?” ujar Wakanno pada Minggu (27/7/25).
Rakyat Menjadi Korban, Bupati Cari Muka
Akibat kebijakan ini, pengangguran di SBB tetap tinggi, bahkan berpotensi naik. Ratusan peluang kerja hilang, PAD tak bertambah, dan potensi Pisang Abaka sebagai komoditas unggulan terhambat.
Wakano menegaskan, Bupati Asri Arman seakan lupa tugas utamanya: menyejahterahkan rakyat.
“Ini bukan kepemimpinan, ini cari muka! Mengorbankan investasi sah dan pekerjaan nyata demi sengketa yang tidak jelas legitimasinya adalah pengkhianatan terhadap rakyat sendiri,” tegas Wakano.
Ia mendesak agar Bupati segera sadar diri dan bertindak tegas, bukan sembarangan:
1. Menjamin kepastian hukum bagi investasi yang sah.
2. Menyelesaikan konflik tanah secara adil berdasarkan bukti, bukan klaim sepihak.
3. Bersinergi dengan Pemprov Maluku, bukan berjalan melawan arus.
4. Berhenti merusak citra SBB sebagai tempat investasi.
Wakanno juga mengatakan, jika Bupati terus bersikap seperti ini, maka SBB akan tetap terjebak dalam kemiskinan, pengangguran, dan jadi kuburan bagi harapan generasi muda. Dan seluruh tanggung jawab moral dan politik ada di pundaknya. (G.K)
Komentar
Posting Komentar